Wednesday, September 4, 2019

Filosofi Air payau

"Aku tunggu di tepi pantai tempat biasa kamu melihat bintang, jam 7 malam ini. Tolong jangan menghindar lagi, ra!."

Hira membaca pesan tersebut dengan mata masih mengantuk.  Kemudian kembali meletakan telepon gengamnya.  
Badannya masih terasa sakit semua,  karena seminggu terakhir,  dia habiskan waktunya untuk berkeliling naik kereta. 
Hira yang awalnya ingin kembali tidur,  tapi jadi memikirin pesan yang baru saja dibacanya. Kemudian kembali lagi dia mengambil telpon genggamnya, dilihatnya sekarang pukul 04.08 sore, diletakan lagi telepon genggam miliknya.

***
Dilihatnya seorang pria mengenakan kemeja biru laut duduk diatas pasir tepi pantai,  angin yang cukup kencang,  membuatnya harus merapikan rambut gondrongnya yang tersapu berkali-kali. 

Hira kemudian duduk persis disampingnya,  dengan tatapan lurus kedepan. 

Janu menatap hira, yang sesekali membenarkan poninya yang tersapu angin. Setelah tarikan nafas yang cukup panjang.  
"Kamu pernah dengar tentang air asin dan air tawar?." tanya janu memecah hening.

"Mereka bisa hidup berdampingan tanpa bisa melebur jadi satu." jawab hira tegas. 

"Ya,  Tuhan pun pernah berfirman dalam kitabnya. "Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing," Ar rahman 19-20." tambah janu. 

"Hal yang jelas berbeda memang tidak akan bisa bersatu,  tapi hanya bisa berdampingan." ujar hira yang dengan konsisten masih menatap ombak,  kemudian diam sejenak,  menelan ludah untuk kembali melanjutkan kalimatnya. 

"Sama halnya  manusia,  tidak ada yang sama, hanya bisa hidup berdampingan tanpa bisa menyatukan sifat yang sudah terbentuk sejak lahir dan lingkungan tempat bertumbuh." tambah hira. 

"Tapi saya teringat tentang air payau,  campuran air tawar dan air laut." kali ini janu mendapatkan perhatian hira.  
"Kamu tahu bagaimana bisa air payau itu terbentuk?,  Jika kadar garam yang dikandung dalam satu liter air adalah antara 0,5 sampai 30 gram, maka air ini disebut air payau. Namun jika lebih, disebut air asin." jelas janu. 

 Hira masih terdiam,  dan menatap janu dengan sedikit mengernyitkan dahi. 

"Ditengah ketakutan dan kekhawatiran mu tentang perjalanan baru kita.  Saya sedikit belajar dari air payau, anggaplah kita dua orang yang mempunyai kadar air asin dan air tawar yang bertemu.  Jika kita mau bercampur jadi satu. Kita harus sama2 menurukan kadar garam, orang-orang menyebutnya ego. Agar bisa hidup dalam satu gelombang dan tidak hanya saling berdampingan.Sedikit orang pasti yang menggunakan filosofi air payau. 
Karena bagi saya pertemuan kita tidak hanya untuk sekedar berdampingan tapi bersekat, seperti fenomena selat gibraltar.  Saya ingin kita hidup seperti air payau,  yang menyeimbangankan kehidupan."

Hira masih terdiam sesaat.

"Menjadi hutan mangrove." ujar hira sambil tersenyum.

Janu lalu memeluknya. 


No comments:

Post a Comment