Saturday, November 12, 2016

Tanda Tanya ((?))

Suara lajunya masih terdengar nyata ditelinga. ~

Bagaimana aku tidak jatuh Cinta,  jika yang kamu tawarkan berbeda dari yang lainnya.

Raut wajah gelisah,  masih tergambar nyata di depan mata.

Bagaimana aku tidak jatuh Cinta,  saat aku begitu lelah,  kamu datang menyambut dengan senyum paling ramah.

Gurauan mu sepanjang jalan,  masih mampu menciptakan tawa.

Bagaimana aku tidak jatuh Cinta,  saat yang lain hanya berjanji,  kamu malah membuktikan.

Kota asing dengan orang yang sangat akrab.  Masih terasa hangatnya hingga kini.

Bagaimana aku tidak jatuh Cinta,  jika yang aku impikan kamu buat nyata.

Tempat-tempat Indah yang selalu aku rindukan,  masih ingin ku datangi berulang kali.

Bagaimana aku tidak jatuh Cinta,  dengan tatapan matamu,  dengan Wibawa mu dan dengan kekonyolanmu.

Jelaskan padaku,  bagaimana aku tidak jatuh Cinta????

~Ksatri Tanpa Nama~

Hujan Pertama

"Kemarau cepatlah datang"

Kamu ingat hujan pertama kala itu?
Oh,  tak apa jika kamu lupa. ..
Biar aku ingatkan kembali.

Malam itu hujan pertama kalian,  sekaligus jadi awal pertemuan kalian ketika kamu menginjakan kembali kaki ke tanah Jawa. Dan menghirup polusi Jakarta.

Stasiun kereta pasar minggu baru,  duduk seorang perempuan diatas motor matic merah,  tepat didepan mini market. Menanti dengan sabar, yang ditunggu tak juga datang,  perempuan itu datang lebih awal.  Dan yang ditunggu tak tepat waktu. Suara petugas dari stasiun kereta, memberitahu bahwa kereta mengalami gangguan. Perempuan itu masih Setia menunggu,  ditemani hujan. Hujan yang kala itu membuatnya gembira.  Hujan yang dia syukuri,  dan senyum mengembang tak henti-henti.

Hatinya tak karuan,  berfikir apa yang harus dia lakukan ketika bertemu dengan orang yang dinanti-nanti selama ini. Apa harus bilang "hai,  bagaimana kabar mu? ". Atau harus langsung memeluk saja.  Ah tapi tidak,  ini tempat umum.  Lagi pula masih terlalu canggung.  Otaknya tak henti berfikir ini itu, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Kenapa harus gugup? Entahlah.

Dua jam berlalu, tiba tiba ada seseorang yang mencolek perempuan itu. Kaget, karena yang ditunggu sudah ada didepan mata. Tidak bisa berkata apa-apa. Hanya senyum bahagia, yang keluar tanpa bisa dikendalikan. Mata perempuan itu berbinar bahagia. Akhirnya, mereka berjumpa. Dan gerimis masih Setia mengiringinya,  butiran yang jatuh ketanah,  terdengar Indah,  seolah bisa merasakan bahagia dalam hati perempuan itu.

Sepeda motor melaju perlahan,  malam itu mereka mengelilingi kota hingga pagi hari, obrolan kecil,  sedikit tawa dan sesekali pelukan hangat di lontarkan perempuan itu. Dan itulah hujan pertama kalian, hujan yang Setia menemani dari pergi hingga kembali.

Entah sekarang hujan yang keberapa kali,  tapi rintiknya sudah jauh berbeda.  Setiap tetesnya menyisakan sedikit luka.

~Februari 2015~

Thursday, November 10, 2016

Jangan....

Jangan merasa paling Cinta...
Karna kita sama sama jatuh hati.
Jangan merasa paling terluka...
Karna kita sama-sama pegang pisau.
Jangan merasa paling berkorban..
Karna ini tentang kita,  bukan cuma kamu atau aku.
Jangan merasa paling dibutuhkan..
Karna kamu masih mencari aku.
Jangan merasa paling benar...
Karna kamu juga punya masa lalu.
Tikam aku cukup sekali, lalu tinggalkan.
Jangan kuliti aku, setelahnya kau siram air asam.

Tuesday, November 8, 2016

Paragraf di Bulan Mei

Tentang kita yang sama-sama tidak saling mencinta, tapi memaksakan untuk bersama. kamu yang masih terikat kuat dengan masa lalu mu, dengar sadar mencoba memulai kehidupan baru bersama ku. Tapi kamu juga tau, hati mu belum mau beranjak ke masa depan tapi masih betah terjebak dalam kenangan dan cinta lama mu. Bahkan tangan ku tidak cukup kuat untuk menarik mu dari masa lalu mu. Hadir ku bahkan sangat tidak membantu memberimu hidup baru, atau minimal sekedar cinta baru. Aku menyerah, dengan tetap bertahan aku memilih mencari kenyaman di bahu lain yang bisa sedikit mengobati rasa lelah ketika harus berpayah-payah mengajakmu pergi kemasa depan. Ternyata lagi-lagi aku kalah,  pilihan mencari bahu lain malah menjatuhkan ku. Aku terlalu nyaman bersamanya. Aku lupa, ada kamu yang harus aku ajak pergi dari masa lalu. Dan kita tetap bertahan dalam raga yang selalu bersama, namun hati kami tersekat oleh cinta yang lain. Yang hanya Tuhan dan si pemilik hati nya yang tau. Kamu dan aku tidak sadar, kita bertahan hanya untuk saling menyakiti. Perlahan, semuanya akan terbongkar. Kamu tetap dalam masa lalu mu dan aku kini terjebak cinta yang baru.

Rasanya terlalu lelah berada dalam situasi ini, aku yakin kamu sadar. Kita hanya buang-buang waktu jika terus bersama. Saling menyakiti dengan ego masing-masing.

Jangan berbicara komitmen dengan ku, jika persepsi kita tentang komitmen itu sendiri berbeda. Jangan bicara soal setia denganku, karna setia mu dengan setia ku berbeda. Buat ku "setia bukan bertahan tanpa mengenal yang lain, setia itu adalah ketika kita mengenal banyak yang baik tapi hati ini tetap memilih kamu." Sedangkan setia buat mu "bertahan dengan satu orang tanpa perlu mengenal yang lain". Buat ku itu dipaksa setia, setia memang harus diusahakan karena tidak ada orang yang terlahir dengan setia. Setia itu diperjuangkan. Selama kamu tau tempat pulang, kamu akan selalu bisa menjaga semuanya.
Ego  kita lebih besar. Dan itu yang menyakiti kita.

Aku pernah baca bahwa "cinta adalah ekspresi hati, sedangkan memiliki adalah ekspektasi ego." Kita terjebak dalam ekpektasi ego, sampai lupa bagai mana mengekspresikan cinta itu sendiri.

 Jangan terlalu memaksakan ego kita. Kita sudah tidak punya pondasi untuk membangun hubungan, kepercayaan sudah sama-sama kita runtuhkan. Komunikasi sudah tidak ada yg mau mengerti, kita bicara untuk saling menjawab bukan untuk saling mengerti. Kita tidak akan bisa membangun sebuah "rumah" dengan pondasi yang rusak.

‌ Untuk itu berhentilah. 

Surat Cinta Buat Neptune

Aku ingin menjadi layar handphone mu,  agar bisa selalu kamu pandang.

Aku ingin menjadi tuts tuts layar hp mu,  atau bahkan keyboard komputer kantormu,  yang selalu kamu jamah.

Aku ingin menjadi tas ransel mu,  yang selalu bisa bersandar dibahumu.  Yg selalu kau ajak,  walau kadang berat tapi kamu selalu enggan melepaskannya.

Aku ingin menjadi pena kerja mu,  agar aku bisa menggenggam jemarimu setiap waktu.

Aku ingin menjadi sepatu kerjamu,  yg walau kau injak2, tapi selalu Setia mengiringi langkahmu. Bahkan tak pernah membiarkan mu terluka.

Aku ingin menjadi lembaran kertas yang terhampar dikamarmu,  yang setiap malam selalu kau isi dia dengan kesal,  senang bahkan sedih mu,  juga tawa mu, Yang tidak pernah bisa aku nikmati setiap waktu.

Aku iri dengan mereka yang selalu bisa memilikimu.
Aku cemburu dengen mereka yang selalu mampu mencuri perhatianmu dari ku.
Aku iri kepada mereka,  karna mampu membuatmu menomor satukan mereka.
Aku lebih cemburu dengan pena,  kertas,  hp,  sepatu,  ransel atau apapun yg selalu ada dekat dengan mu,  ketimbang aku.

Jangan meminta aku untuk mengerti,  karna rindu ini tak pernah ada toleransi.


Ttd,
Yang merindumu.
Yang mencintai mu dg segala emosi & kekanak2annya. 💜